fandi arya
blog pribadi yang berisi pengetahuan untuk menambah wawasan pengunjung
Jumat, 14 Juni 2013
Kamis, 23 Mei 2013
"CARA MENGUNDANG MALAIKAT KE RUMAH"
Bismillahirrahmanirrahim..
Tak seorang muslimpun yang tidak menginginkan rumah mereka senantiasa dihadiri oleh para Malaikat Allah dan dijauhkan dari syetan. Karena kehadiran Malaikat di rumah mereka akan melahirkan aura ketenteraman dan kesejukan dan kedamaian rohani yang mengalir di rumah tersebut. Kehadiran mereka akan membuat rumah kita laksana surga.
Diantara para Malaikat itu ada yang sengaja keliling untuk menebarkan rahmat dan kedamaian di tengah manusia sebagaimana syetan berkeliling untuk menebarkan kejahatan dan kesesatan di tengah mereka.
Lalu rumah apa sajakah yang akan dihadiri para Malaikat itu? Diantaranya adalah :
1. Rumah yang dihuni oleh orang yang senantiasa diisi dzikir kepada Allah serta yang di dalamnya ada ruku' dan sujud (sholat).
2. Rumah yang senantiasa bersih.
3. Rumah yang dihuni oleh orang yang jujur dan menepati janji.
4. Rumah yang dihuni oleh orang-orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim.
5. Rumah yang dihuni oleh orang yang makanannya halal.
6. Rumah yang dihuni oleh orang yang senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
7. Rumah yang senantiasa ada tilawah (bacaan) Al-Qur'an
8. Rumah yang dihuni oleh para penuntut ilmu.
9. Rumah yang penghuninya ada isteri solehah.
10. Rumah yang bersih dari barang-barang haram.
11. Rumah yang dihuni oleh orang yang rendah hati, sabar, tawakal, qana’ah (rendah hati), dermawan, pemaaf yang senantiasa bersih lahir batin dan para penghuninya makan tidak terlalu banyak.
Dengan membaca Al-Qur'an maka akan turun Malaikat Rahmat, akan datang kebaikan dan tumbuh ketenangan di dalam rumah kita. Rumah yang tidak ada bacaan Al-Qur'an maka ketahuilah bahwa rumah itu sebenarnya laksana kuburan walaupun penghuninya masih bernyawa.
Mengenai penuntut ilmu yang dinaungi Sayap Malaikat, Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya Malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu karena suka dengan apa yang sedang dia tuntut.” (H.R. Tirmidzi).
Rumah-rumah yang akan dijauhi malaikat misalnya, rumah yang di dalamnya ada anjing, ada patung-patung dan gambar-gambar, dan ada bau busuk di rumah itu.
Islam adalah Agama yang cinta kebersihan sehingga mengingatkan bahayanya memiliki anjing, bahkan melarang memelihara anjing kecuali untuk kepentingan penjagaan keamanan atau pertanian. Tidak sedikit nash Hadits yang menyatakan bahwa Malaikat Rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang.
Rasulullah bersabda: “Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar(patung).” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad. Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah)
SubhanAllah..
Semoga kita bisa menjadikan rumah kita menjadi seperti diatas agar para Malaikat senantiasa hadir dalam rumah kita.
Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.
Tak seorang muslimpun yang tidak menginginkan rumah mereka senantiasa dihadiri oleh para Malaikat Allah dan dijauhkan dari syetan. Karena kehadiran Malaikat di rumah mereka akan melahirkan aura ketenteraman dan kesejukan dan kedamaian rohani yang mengalir di rumah tersebut. Kehadiran mereka akan membuat rumah kita laksana surga.
Diantara para Malaikat itu ada yang sengaja keliling untuk menebarkan rahmat dan kedamaian di tengah manusia sebagaimana syetan berkeliling untuk menebarkan kejahatan dan kesesatan di tengah mereka.
Lalu rumah apa sajakah yang akan dihadiri para Malaikat itu? Diantaranya adalah :
1. Rumah yang dihuni oleh orang yang senantiasa diisi dzikir kepada Allah serta yang di dalamnya ada ruku' dan sujud (sholat).
2. Rumah yang senantiasa bersih.
3. Rumah yang dihuni oleh orang yang jujur dan menepati janji.
4. Rumah yang dihuni oleh orang-orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim.
5. Rumah yang dihuni oleh orang yang makanannya halal.
6. Rumah yang dihuni oleh orang yang senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
7. Rumah yang senantiasa ada tilawah (bacaan) Al-Qur'an
8. Rumah yang dihuni oleh para penuntut ilmu.
9. Rumah yang penghuninya ada isteri solehah.
10. Rumah yang bersih dari barang-barang haram.
11. Rumah yang dihuni oleh orang yang rendah hati, sabar, tawakal, qana’ah (rendah hati), dermawan, pemaaf yang senantiasa bersih lahir batin dan para penghuninya makan tidak terlalu banyak.
Dengan membaca Al-Qur'an maka akan turun Malaikat Rahmat, akan datang kebaikan dan tumbuh ketenangan di dalam rumah kita. Rumah yang tidak ada bacaan Al-Qur'an maka ketahuilah bahwa rumah itu sebenarnya laksana kuburan walaupun penghuninya masih bernyawa.
Mengenai penuntut ilmu yang dinaungi Sayap Malaikat, Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya Malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu karena suka dengan apa yang sedang dia tuntut.” (H.R. Tirmidzi).
Rumah-rumah yang akan dijauhi malaikat misalnya, rumah yang di dalamnya ada anjing, ada patung-patung dan gambar-gambar, dan ada bau busuk di rumah itu.
Islam adalah Agama yang cinta kebersihan sehingga mengingatkan bahayanya memiliki anjing, bahkan melarang memelihara anjing kecuali untuk kepentingan penjagaan keamanan atau pertanian. Tidak sedikit nash Hadits yang menyatakan bahwa Malaikat Rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang.
Rasulullah bersabda: “Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar(patung).” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad. Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah)
SubhanAllah..
Semoga kita bisa menjadikan rumah kita menjadi seperti diatas agar para Malaikat senantiasa hadir dalam rumah kita.
Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.
Rabu, 22 Mei 2013
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN CA NASOFARING
A.
PENGERTIAN
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)
B. EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI
Urutan tertinggi penderita karsinoma nasofaring adalah suku mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun. Diduga disebabkan karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamin. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997 hal 460). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)
B. EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI
Urutan tertinggi penderita karsinoma nasofaring adalah suku mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun. Diduga disebabkan karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamin. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997 hal 460). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).
C. Tanda dan Gejala
Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain :
1. Gejala nasofaring
Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang gejala belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor)
2. Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)
3. Gangguan mata dan syaraf
Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.
Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral. Prognosis jelek bila sudah disertai destruksi tulang tengkorak.
4. Metastasis ke kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. Hal inilah yang mendorong pasien untuk berobat.
Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau LHN telah diteliti dicina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun – tahun akan menjadi karsinoma nasofaring. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 147 -148).
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Nasofaringoskopi
b. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10 %.
c. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
d. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B.
e. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 148 - 149).
E. Penatalaksanaan Medis
a. Radioterapi merupakan pengobatan utama
b. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) , pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.
Pemberian ajuvan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil. Sedangkan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat “RADIOSENSITIZER”.
F. Pengkajian
a. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker payudara
b. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu.
c. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan).
d. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)
e. Tanda dan gejala :
Aktivitas
Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
Sirkulasi
Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan
Integritas ego
Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.
Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.
Makanan/cairan
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit.
Neurosensori
Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus
Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran
Pernapasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan
Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan, demam, ruam kulit.
Seksualitas
Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan.
Interaksi sosial
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
(Doenges, 2000)
H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi karingan saraf
Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri .
Intervensi :
Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasiS
Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan.
Dorong penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik.
Evaluasi penghilangan nyeri atau kontrol
Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin, metadon atau campuran narkotik.
2. Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumor
Tujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi
Kriteria hasil : mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan
Intervensi :
Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau dua mata terlibat.
Orientasikan pasien terhadap lingkungan
Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur
Bicara dengan gerak mulut yang jelas
Bicara pada sisi telinga yang sehat
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasi
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Melaporkan penurunan mual dan insidens muntah
Mengkonsumsi makanan dan cairan yang adekuat
Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab
Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan
Intervensi :
Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi pasien
Berikan dorongan higiene oral yang sering
Berikan antiemetik, sedatif dan kortikosteroid yang diresepkan
Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama dan setelah pemberian obat, kaji masukan dan haluaran.
Pantau masukan makanan tiap hari.
Ukur TB, BB dan ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometri)
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori, kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat.
Kontrol faktor lingkungan (bau dan panadangan yang tidak sedap dan kebisingan)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
Menunjukkan suhu normal dan tanda-tanda vital normal
Tidak menunjukkan tanda-tanda inflamasi : edema setempat, eritema, nyeri.
Menunjukkan bunyi nafas normal, melakukan nafas dalam untuk menegah disfungsi dan infeksi respiratori
Intervensi
Kaji pasienterhadap bukti adanya infeksi :
Periksa tanda vital, pantau jumlah SDP, tempat masuknya patogen, demam, menggigil, perubahan respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih
Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan pengunjung, batasi pengunjung yang mengalami infeksi.
Tekankan higiene personal
Pantau suhu
Kaji semua sistem (pernafasan, kulit, genitourinaria)
5. Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapi
Tujuan : integritas kulit tetap terjaga
Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan yang minimal pada kulit dan menghindari trauma pada area kulit yang sakit
Intervensi :
Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping kanker
Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan
Hindari menggosok atau menggaruk area
Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, bedak, salep apapun kecuali diijinkan dokter.
Hindarkan pakaian yang ketat pada aea tersebut
Oleskan vitamin A dan D pada area tersebut
Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi.
6. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral behubungan dengan efek samping agen kemoterapi radiasi
Tujuan : tidak terjadi gangguan pada membran mukosa
Kriteria hasil :
Menunjukkan mukosa oral yang bersih dan utuh
Tidak menunjukkan adanya ulserasi atau infeksi pada rongga mulut
Melaporkan tidak adanya nyeri, kesulitan menelan dan dehidrasi
Intervensi :
Kaji kesehatangigi dan hihiene oral secara periodik
Kaji rongga mulut tiap hari, perhatikan perubahan pada integritas membran mukosa oral
Instruksikan mengenai perubahahn diet misalnya hindari makanan panas atau pedas, anjurkan penggunaan sedotan, mencerna makanan lembut atau diblender.
Pantau dan jelaskan tanda-tanda tentang superinfeksi oral
Mulai program higiene oral : gunakan pencuci mulut dari salin hangat, larutan pelarut dari hidrogen peroksida, sikat dengan sikat gigi/benang gigi, pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir.
7. Gangguan harga diri berhubugan dengan efek samping radioterapi: kehilangan rambut
Tujuan : gangguan harga diri teratasi
Kriteria hasil : Mengungkapkan perubahan gaya hidup tentang perasaan tidak berdaya, putus asa
Intervensi :
Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu
Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker
Akui kesulitan yang mungkin di alami
Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien /orang terdekat
Beri dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan
Gunakan sentuhan selama interaksi
8. Konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi
Tujuan : gangguan defekasi tidak terjadi
Kriteria hasil : Mempertahankan konsistensi atau pola defekasi umum
Intervensi :
Kaji bising usus, gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensi.
Pantau masukan dna haluaran serta berat badan
Dorong masukan cairan adekuat, peningkatan serat diet, latihan
Pastikan diet yang tepat; hindari makanan tinggi lemak, makanan serat tinggi, kafein tinggi.
Periksa infeksi bila tidak defekasi selama 3 hari atau distensi abdomen
Berikan cairan IV, agen antidiare, laksatif.
9. Resiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem hematopoetik
Tujuan : perdarahan dapat teratasi
Kriteria hasil :
Tanda dan gejala perdarahan teridentifikasi
Tidak menunjukkan adanya darah feses, urin atau emesis
Tidak menunjukkan perdarahan gusi
Intervensi :
Kaji terhadap potensial perdarahan : pantau jumlah trombosit
Kaji terhadap perdarahan : petekhie, penurunan Hb Ht, perdarahan dari orifisium tubuh
Instruksikan cara-cara meminimalkan perdarahan : gunakan sikat gigi halus, hindari cairan pembilas mulut komersial, hindari makanan yang sulit dikunyah
Lakukan tindakan meminimalkan perdarahan : hindari mengukur suhu rektal, hindari suntikan IM, lembabkan bibir dengan petrolatum, mempertahankan masukan cairan
Gunakan pelunak feses atau tingkatkan serat dalam diet.S
(Doenges, 2000)
Askep Miopia
Definisi
Kelainan
refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa
akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina. 3 Seorang
penderita miopia akan mengalami kesulitan melihat benda yang letaknya jauh,
namun dapat dengan jelas melihat benda yang letaknya dekat dengan kata lain
seorang penderita miopia yang tidak bisa melihat benda di kejauhan akan melihat
benda tersebut dengan lebih jelas setelah mendekatinya. Miopia pada umumnya
dimulai pada usia kanak-kanak dan memburuk secara progresif sampai dewasa pada
usia sekitar 18 sampai 21 tahun. 4 Insiden miopia pada masyarakat
mencapai 20% sampai 30% dari seluruh populasi masyarakat.5 Sumber
lain menyatakan miopia adalah masalah gangguan penglihatan yang paling umum di
dunia. Sekitar seperempat dari penduduk dewasa di Amerika Serikat adalah
penderita miopia. Di Jepang, Singapura, dan Taiwan sepertiga sampai separo
populasi dewasanya adalahpenderita miopia. 6
Etiologi
Padamiopia
panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan
media refraksi terlalu kuat.3 Miopia yang disebabkan oleh daya
pembiasan yang terlalu kuat penyebabnya mungkin terletak pada kornea (kornea
yang terlalu melengkung misalnya pada: keratokonus, keratoglobus, keratektasi)
sedangkan pada lensa misalnya pada lensa yang terlalu cembung pada katarak
imatur, dislokasi lensa. Atau pada cairan mata sendiri seperti pada diabetes
melitus. 8
Klasifikasi
Dikenal
beberapa bentuk miopia sebagai berikut:1
a.Miopia
Refraktif
Bertambahnya
indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada katarak intumesen
dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan
miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media
penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
b.Miopia Aksial
Miopia akibat
panjangnya sumbu bola mata dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal
Menurut
perjalanan miopia dikenal bentuk: :1
a.Miopia
Stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa
b.Miopia
Progresif, miopia yang bertambah terus pada usia akibat bertambah
panjangnyabola mata
c.Miopia
Maligna, miopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasio retina
dan kebutaan atau sama dengan Miopia pernisiosa/ Miopia degeneratif. Miopia
degeneratif atau miopia maligna biasanya bila miopia lebih dari 6 dioptri
disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai
terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai
dengan atrofi korioretina.
Berdasarkan
besar kelainan refraksi, dibagi: 3
a.Miopia
ringan : S -0.25 s/d S-3.00
b.Miopia
sedang : S -3.25 s/d S -6.00
c.Miopia berat
: S -6.25 atau lebih
Berdasarkan
perjalanan klinis, dibagi: 3
1.Miopia
simpleks : dimulai pada usia 7 – 9 tahun dan akan bertambah sampai anak
berhenti tumbuh usia +/- 20 tahun
2.Miopia
progresif : miopia bertambah secara cepat (+/-4.0 D / tahun)
dan sering disertai perubahan vitreo-retinal
Patofisiologi
- Miopia aksial karena sumbu aksial mata lebih panjang
dari normal
- Miopia kurvatura karena kurvatura atau lensa kornea
lebih kuat dari normal
- Miopia indeks karena indeks bias mata lebih tinggi
dari normal
Penderita
miopia memiliki kelainan refraksi. Hal ini berarti sinar yang datang menuju
mata dibiaskan dengan tidak tepat sehingga menghasilkan bayangan yang tidak
tepat pula. Penderita yang memiliki bola mata yang terlalu panjang atau kornea
nyang terlalu melengkung menyebabkan sinar yang masuk ke mata dibiaskan tidak
tepat pada retina (di depan retina) sehingga menyebabkan penglihatan penderita
menjadi kabur. Miopia diturunkan dalam keluarga dan sudah tampak pada masa
kanak-kanak. Kadang-kadang keadaan miopia pada penderita dapat menetap
(stasioner) namun bisa juga memburuk seiring bertambahnya usia penderita.5
Gejala Klinis
a. Gejala Subyektif
§Seorang penderita myopia akan mengeluh penglihatan jauh kabur, sedangkan
untuk melihat dekat tetap jelas.
§Kadang-kadang dalam lapangan pandangannya, penderita melihat titik-titik,
benang-benang, nyamuk-nyamuk yang disebabkan oleh jaringan retina perifer yang
mengalami proses degenerasi dan terlepas ke dalam corpus vitreus.
§Padamiopia tinggi (miopia di atas 6 D), karena punctum remotum terletak
lebih dekat dari 16-17 cm dari mata, maka titik terjauh yang masih jelas
terlihat olehnya ialah 16-17 cm. Ia harus berkonvergensi lebih banyak dari
biasa, sehingga akan menimbulkan astenopia oleh konvergansi yang berlebih (asthenovergens).
8
b. Gejala Obyektif
§Bilik mata depan dalam karena hipotrofi corpus siliaris akibat tidak
dipakainya otot-otot akomodasi.
§Pupil lebar (midriasis) akibat tidak/ kurangnya akomodasi.
§Pada miopia aksial kadang-kadang telihat kekeruhan badan kaca berupa vitreus
floaters.
§Pada miopia aksial dapat terlihat perubahan-perubahan pada fundus okuli,
misalnya trigoid fundus dan miotpic crescent yaitu gambaran bulan
sabit yang terlihat pada polus posterior fundus miopia, yang terdapat pada
daerah papil saraf optik akibat tertutupnya sklera oleh koroid. 8, 1
Pemeriksaan
Refraksi Subyektif
Metoda
”Trial and Error”
a. Alat
§Kartu Snellen
§Bingkai Percobaan
§Sebuah set lensa3,9,1
b. Teknik
§Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak6 meter
§Pada mata dipasang bingkai percobaan
§Satu mata ditutup dengan okluder
§Penderita disuruh membaca kartu Snellen mulai dari huruf terbesar
(teratas) dan diteruskan sampai pada huruf terkecil yang masih bisa dibaca.
§Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan
menjadi lebih baik ditambah kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat membaca
huruf pada baris terbawah sampai terbaca baris 6/6.
§Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.9,1
c. Nilai
Bila dengan S
-1.50 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S -1.75 penglihatan 6/6, sedang
dengan S -2.00 penglihatan 6/7.5 maka pada keadaan ini derajat miopia mata yang
diperiksa adalah -1.50 dan kacamata dengan ukuran ini diberikan pada penderita.
Pada penderita miopia selamanya diberikan lensa sferis minus terkecil yang
memberikan tajam penglihatan terbaik. 9,1
2.2.6.2 Refraksi obyektif
a.Retinoskopi : dengan lensa
kerja / + 2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus yang bergerak berlawanan
dengan arah gerakan retinoskopi (against movement) kemudian dikoreksi dengan
lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi
b.Autorefraktometer
(komputer) 3
2.2.7 Penatalaksanaan
a. Kacamata
Koreksi dengan
lensa sferis negatif terlemah yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik3
b. Lensa kontak
Untuk :
anisometropia
miopia tinggi3
c.Bedah
refraktif
§Bedah refraktif kornea : tindakan untuk mengubah kurvatura permukaan
anterior kornea (Excimer laser, operasi Lasik)
§Bedah refraktif lensa : tindakan akstraksi lensa jernih, biasanya diikuti
dengan implamantasi lensa intraokuler 3
2.2.8 Komplikasi
1.Ablasio
retina terutama pada miopia tinggi
2.Strabismus
§Esotropia bila miopia cukup tinggi bilateral
§Exotropia pada miopia dengan anisometropia
3.Ambliopia
terutama pada miopia dan anisometropia3
Prognosis
Kacamata dan
lensa kontak (tidak selalu) dapat memperbaiki visus sampai 6/6. Bedahrefraktif
dapat memberikan perbaikan permanen. Sedangkan faktor genetic yang menyebabkan/
mempengaruhi perubahan dan memperparah perjalanan miopia tidak dapat diubah.
Beberapa faktor lingkungan masih dapat diubah, hal tersebut antara lain:
mengurangi pekerjaan yang memerlukan penglihatan dekat misalnya: membaca dan
bekerja dalam ruangan dengan penerangan yang baik, menyempatkan istirahat di
sela waktu bekerja di depan komputer atau di depan mikroskop dalam waktu yang
lama, perkaya nutrisi. 11
Senin, 20 Mei 2013
MAKALAH ASKEP ATELEKTASIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps
ini dapat meliputi subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi
pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih
sering terjadi pada anak yang lebih muda daripada anak yang lebih tua dan
remaja.
Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar
mengakibatkan atelektasis (atau kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan
menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara
patologik, hampir selalu ada pula kelainan-kelainan lain di samping tidak
adanya udara daripada lobus dan posisi yang disebabkannya daripada
dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar.
Menurut penelitian pada tahun 1994, secara keseluruhan
terdapat 74,4 juta penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis. Di
Inggris sekitar 2,1 juta penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis
yang perlu pengobatan dan pengawasan secara komprehensif. Di Amerika serikat diperkirakan
5,5 juta penduduk menderita penyakit paru yang mengalami atelektasis. Di Jerman
6 juta penduduk. Ini merupakan angka yang cukup besar yang perlu mendapat
perhatian dari perawat di dalam merawat klien dengan penyakit paru yang
mengalami atelektasis secara komprehensif bio psiko sosial dan spiritual.
Penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis pertama
kali di Indonesia ditemukan pada tahun 1971. Sejak itu penyakit tersebut
menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di
Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan
meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah. Di Indonesia insiden terbesar
terjadi pada 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan
CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun
berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001);
19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).
B. Rumusan
Masalah
- Apa definisi atelektasis?
- Bagaimana anatomi fisiologi saluran nafas?
- Apa saja macam-macam atelektasis?
- Bagaimana etiologi atelektasis?
- Bagaiamana patofisiologi atelektasis?
- Bagaimana gejala atelektasis?
- Bagaimana gambaran radiologis atelektasis?
- Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan atelektasis?
- Bagaiamana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan atelektasis?
C. Tujuan
- Mengetahui definisi atelektasis.
- Mengetahui anatomi fisiologi saluran nafas.
- Mengetahui macam-macam atelektasis.
- Mengetahui etiologi atelektasis.
- Mengetahui patofisiologi atelektasis.
- Mengetahui gejala atelektasis.
- Mengetahui gambaran radiologis atelektasis.
- Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan atelektasis.
- Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan atelektasis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Atelektasis
Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang umum
terjadi, mencakup kolaps jaringan paru atau unit fungsional paru. Atelektasis
merupakan masalah umum klien pascaoperasi.
Ateletaksis adalah ekspansi yang tidak sempurna paru saat
lahir (ateletaksis neokatorum) atau kolaps sebelum alveoli berkembang sempurna,
yang biasanya terdapat pada dewasa yaitu ateletaksis didapat (acovired
aeletacsis).
Atelektasis (Atelectasis)adalah pengkerutan sebagian atau
seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus)
atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru
yang mengalami hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru
berkembang atau sama sekali tidak terisi udara.
Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah
pengurangan volume bagian paru baik lobaris, segmental atau seluruh paru,
dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan lebih suram (densitas
tinggi) dengan penarikan mediastinum kearah atelektasis, sedangkan diafragma
tertarik ke atas dan sela iga menyempit.
Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya
mengalami suatu enfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga
terjadi herniasi hemithorak yang sehat kearah hemethorak yang atelektasis.
B. Anatomi Fisiologi Saluran
Nafas
Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah
hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus
sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Udara mengalir
dari faring menuju laring atau kotak suara, laring merupakan rangkaian cincin
tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Trakea
disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya
kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan sebagai suatu
pohon dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Bronkus terdiri dari
bronkus kiri dan kanan yang tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek dan
lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea, cabang utama bronkus kanan dan kiri
bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis, percabangan ini
berjalan menuju terus menjadi bronkus yang ukurannya sangat kecil sampai
akhirnya menjadi bronkus terminalis yaitu saluran udara yang mengandung
alveoli, setelah bronkus terminalis terdapat asinus yaitu tempat pertukaran
gas.
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut,
yang terletak dalam rongga dada atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah
oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis. Pembuluh darah paru-paru dan
bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian
hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar daripada
paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi tiga lobus oleh fisura interlobaris,
paru-paru kiri dibagi dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi
beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Suatu lapisan yang kontinu
mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura yang melapisi
rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-paru (pleura
vesiralis).
Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan
arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari
sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
paru-paru. Arteri bronchial berasal dari aortatorakalis dan berjalan sepanjang
dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang besarmengalirkan darahnya ke
dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara pada vena cava superior dan
mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan
mengalirkan darah vena pulmonalis. Karena sirkulasi bronchial tidak berperan pada
pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2 sampai
3% curah jantung. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan
mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru di mana darah tersebut mengambil
bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan
menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses
pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian
dikembalikan melalui vena pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya
membagikan kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik.
C. Macam-macam Atelektasis
Berdasarkan Faktor yang Menimbulkan
1. Atelektasis Neonatorum
Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan
dalam otak tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus
termasuk komplikasi persalinan yang menyebabkan hipoksia intrauter.
Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan,
non crepitant, lembek dan alastis. Yang khas paru ini tidak mampu mengembang di
dalam air. Secara histologis, alveoli mempunyai paru bayi, dengan ruang alveoli
kecil yang seragam, dilapisi dindingin septa yang tebal yang tampak kisut.
Epitel kubis yang prominem melaposi rongga alveoli dan sering terdapat edapan
protein granular bercampur dengan debris amnion dan rongga udara. Atelektasi
neonatorum pada sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya.
2. Atelektasis Acquired atau Didapat
Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang
menyebabkan kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah berkembang. Jadi
terbagi atas atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi dan bercak. Istilah ini
banya menyangkut mechanisme dasar yang menyebabkan paru kolaps atau pada
distribusi dari perubahan tersebut.
- Ø Altelektasis absorpsi terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat sehingga udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah tersedia secara lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya alveoli. Tergantung dari tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru, merupakan lobus yang lengkap, atau bercak segmen dapat terlibat. Penyebab tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi bronchus oleh suatu sumbatan mucus. Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis dan bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi karena sumbatan bahan mukopurulen. Kadang-kadang obstruksi disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak atau selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat juga ter sumbat oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik dengan pembesaran kelenjar getah bening (seperti pada tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma pembuluh darah.
- Ø Atelektasis kompresi paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan darah atau udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan kolaps paru di sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada efusi pleura dari penyebab apa pun, namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan hidrotoraks pada payah jantung kongesti. Pneumotoraks dapat juga menyebabkan atelektasis kompresi pada penderita dengan tirah baring dan penderita denan asites, atelaktasis basal menyebabkan posisi diafragma yang lebih tinggi.
- Ø Atelektasis kontraksi terjadi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada ekspirasi.
- Ø Atelektasis bercak bearti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti terjadi pada obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau eksudat pada kedua sindrom gawat napas orang dewasa dan bayi. Pada sebagian kecil kasus, atelektasis terjadi karena patogenesis tertentu yang menyertai jelas pada dinding dada.
Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis.
Biasanya timbul karena sumbatan mucus yang relatif akut, yang menjadi manifest
karena mendadak timbul sesak napas. Memang peristiwa sesak napas akut dalam 48
jam setelah satu prosedur pembedahan, hampir selalu didiagnosis sebagai
atelektasis. Yang penting adalah atelektasis dapat didiagnosis dini dan terjadi
reekspensi yang tepat dari paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit
peka terhadap infeksi yang menunggagi. Atelektasis persisten segmen paru mungkin
merupakan bagian penting untuk terjadinya karsinoma bronkogenik yang diam-diam.
Berdasarkan luasnya atelektasis
- Massive atelectase, mengenai satu paru
- Satu lobus, percabangan main bronchus
Gambaran khas yaitu inverted S sign
→ tumor ganas bronkus dengan atelectase lobus superior paru.
- Satu segmen → segmental atelectase
- Platelike atelectase, berbentuk garis
Misal : Fleischner line → oleh tumor paru
Bisa juga terjadi pada basal paru → post
operatif
Berdasarkan lokasi atelektasis
- Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi.
- Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar.
- Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis.
- Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis.
- Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan.
- Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini meliputi bagian anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA tergambarkan dengan fisura minor bagian superior dan mendial yang mengalami pergeseran. Pada foto lateral, fisura mayor bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga mengalamai pergeseran ke arah superior.
D. EtiologiEtiologi terbanyak
dari atelektasis adalah terbagi dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
î Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai
berikut :
- Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
- Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa mukus.
- Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah, cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak seperti tumor mediastinum.
- Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis.
- Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat memperberat terjadinya atelektasis
î Etiologi ekstrinsik atelektasis:
- Pneumothoraks
- Tumor
- Pembesaran kelenjar getah bening.
- Pembiusan (anestesia)/pembedahan
- Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi
- Pernafasan dangkal
- Penyakit paru-paru
E. PatofisiologiSetelah
penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah perifer akan
diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan
pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini tanpa
desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam
tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara yang menyebabkan
hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia mengakibatkan timbulnya
transudat berupa gas dan cairan serta udem paru. Pengeluaran transudat dari
alveoli dan sel merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru.
Daerah sekitar paru-paru yang mengalami udem kompensata sebagian akan
kehilangan volume. Bagaimanapun juga pada kasus kolaps yang luas diafragma
mengalami paninggian, dinding dada nyeri dan hal ini akan mempengaruhi
perubahan letak hati dan mediastinum.
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus
pusat respirasi dan kortek serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana
terdapat daerah atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2 kurang
atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru kekurangan
oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan. Kiranya aliran darah
pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang. Tekanan CO2 biasanya
normal atau seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim
paru-paru yang normal.
Pathway (terlampir)
F. Manifestasi Klinis
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya
menyebabkan sesak nafas yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin
tidak mengalami gejala sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk
pendek.
î Gejalanya bisa berupa:
- gangguan pernafasan
- nyeri dada
- batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan
denyut jantung, kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat
rendah).
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan
luasnya atelektasis. Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit
tuberculosis, limfoma, neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi
misalnya bronchitis, bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang menimbulkan gejala
klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah
atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola
pernapasan yang cepat dan dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur
yang tinggi, dan jika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok.
Pada perkusi redup dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada
atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus,
bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar, biasanya didapatkan
adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma. Pada
perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma
mungkin meninggi.
G. Gambaran Radiologis
Paru dapat dikatakan mengalami atelektasis bilamana seluruh/
sebagian paru-paru mengempis, akan ada suatu bayangan homogen pada belah itu,
dengan jantung dan trakhea beranjak ke jurusan itu dan diafragma terangkat.
Bilamana hanya satu lobus yang atelaktasis disebabkan oleh penyumbatan
bronkhial, mungkin kelihatan dua kelainan yang karakteristik. Kelainan pertama
adalah suatu bayangan yang homogen daripada lobus yang kempis itu sendiri, yang
akan menempati ruangan yang lebih kecil daripada bilamana ia berkembang sama
sekali.
Suatu lobus kanan atas yang kempis akan kelihatan sebagai
suatu daerah yang opak pada puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf di
bawahnya di dekat klavikula yaitu yang diakibatkan oleh fisura horizontalis
yang terangkat.
Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup lingula,
dan bayangan yang diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas bawah
yang tegas. Akan tetapi pada proyeksi lateral akan kelihatan suatu bayangan
berbentuk lidah dengan puncaknya dekat diafragma; di sebelah anterior, ini
mungkin sampai kepada sternum, atau mungkin dipisahkan oleh suatu daerah yang
translusen yang disebabkan oleh paru-paru kanan yang menyelip diantaranya dan
sternum di sebelah posterior bayangan itu mempunyai batas yang tegas dengan
batas konkaf yang disebabkan oleh fisura besar yang terdesak ke depan.
Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang
sangat tidak tegas pada proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan
batas daripada jantung kanan, pada proyeksi lateral ia akan kelihatan sebagai
suatu bayangan berbentuk pita yang membujur dari hilus ke angulus
sterno-diafragmatikus. Batas atasnya yang tegas dibentuk oleh fisura
horizontalis yang terdekat, sedangkan batas belakangnya yang konkaf oleh fisura
mayor yang terdesak ke depan.
Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk
segitiga, dengan batas lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan keluar
dari daerah hilus ke diafragma. Oleh karena ia biasanya terletak di belakang
bayangan jantung, ia hanya dapat dilihat bilamana radiograf adalah baik. Pada
proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, akan tetapi biasanya
kehadirannya memberikan tiga gambar; vertebrae torakalis di sebelah bawah akan
kelihatan lebih berwarna abu-abu daripada hitam daripada vertebrae di sebelah
tengah; bagian posterior daripada bayangan diafragma kiri akan tidak dapat
dilihat; dan akhirnya, daerah vertebrae bawah di belakang bayangan jantung akan
kurang hitam daripada daerah translusen di belakang sternum.
Gejala-gejala yang karakteristik lainnya adalah konsekuensi
daripada bayangan-bayangan vaskuler menjadi kabur di dalam opasitas umum
daripada lobus yang tidak mengandung udara, sedangkan bayangan
pembuluh-pembuluh darah di dalam lobus yang lain adalah lebih memencar oleh
karena ia mengisi suatu volume yang lebih besar. Pembuluh-pembuluh darah hilus
pada sebelah yang terkena penyakit akan menunjukkan suatu konveksitas lateral
dan bukan suatu konkafitas seperti dalam keadaan normal pada tempat dimana grup
daripada lobus atas bertemu dengan arteria basalis di samping itu, hilus akan
menjadi lebih kecil daripada di sebelah yang lain, sedangkan pembuluh-pembuluh
darah paru-paru akan lebih memencar sehingga per unit daerah akan kelihatan
lebih sedikit daripada di sebelah yang lain (normal). Hanya akan ada
sedikit atau sama sekali tidak ada translusensi yang relatif, oleh karena
aliran kapiler bertambah besar, sedangkan pendesakan trakhea atau peninggian
diafragma biasanya sedikit dan jantung beralih hanya sedikit ke jurusan lobus
yang kempis yaitu pada kolaps daripada lobus bawah, atau yang lebih sering sama
sekali tidak pada kolaps daripada lobus atas.
Gambar hasil Rontgen (terlampir)
H. Pencegahan dan Pengobatan
î î Pencegahan
Pengobatan atelektasis didasarkan pada etiologi penyakit.
Namun demikian pencegahan adalah faktor terpenting. Kerangka kerja terapi yang
mendasar adalah mobilisasi dini dan perubahan posisi sering pada klien tirah baring
atau klien pascaoprasi. Napas dalam dengan teratur penting karena pada klien
ini umunya terjadi penurunan kesadaran akibat pengaruh anestesi, penurunan
mobilitas, dan nyeri (Hanneman, 1995). Bronchodilator dan mukolitik, jika
diindikasikan, dan fisioterapi dada akan sangat membantu, ventilasi yang
adekuat dapat ditingkatkan denan perubahan posisi, batuk efektif, napas dalam,
atau spirometri insentif.
Tanggung jawab keperawatan dalam hal ini adalah memberikan
penyuluhan kesehatan tentang pentingnya teknik pernapasan termasuk latihan
napas dalam dan teknik batuk efektif, dan aktifitas fisik lainnya sesuai dengan
toleransi klien. Tindakan ini terutama penting untuk klien pascaoperatif dan
tirah baring.
î Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjadinya atelektasis:
- Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.
- Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan.
- Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus menerus ke paru-paru sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat menciut
- Dorong klien untuk napas dalam dan bentuk efektif untuk mencegah penumpulan sekresi dan untuk mengeluarkan eksidat.
- Ubah posisiklien dengan sering dan teratur, terutama dari posisi telentang ke posisi tegak, untuk meningkatkan ventilasi dan mencegak akumulasi sekresi.
- Tingkatkan ekspensi dada yang repat selama bernapas untuk penyebaran udara dalam paru-paru secara menyeluruh.
- Berikan medikasi atau sedatif secara biajaksana untuk mencegah depresi pernapasan.
- Lakukan pengisapan untuk mengeluarkan sekresi trakheobron khiolar.
- Lakukan drainase postural dan perkusi dada.
- Dorong aktivitas atau ambulasi dini.
- Ajarkan teknik sporometri insensif yang tepat.
î Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru
dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena.
î Tindakan yang biasa dilakukan:
- Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang
- Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
- Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif)
- Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
- Postural drainase
- Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
- Pengobatan tumor atau keadaan lainnya.
- Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya
paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan
jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.
î Pemeriksaan bronkoskopi harus segera dilakukan,
apabila atelektasis terjadi karena penyumbatan benda asing. Pemberian
oksigenasi harus diberikan pada penderita sesak dan sianosis. Terapi yang
diberikan biasanya simtomatis seperti anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan
kortikosteroid. Fisioterafi sangan berguna seperti perubahan posisi, masase,
latihan pernapasan sangat membantu dalam pengembangan kembali paru yang kempis.
î Pada infeksi yang kronis biasanya dilakukan
pemeriksaan bakteriologis yang lebih teliti dan lobektomi sebaiknya tidak
dilakukan kecuali jika nfeksi kronis dan melibatkan bagian paru yang sehat atau
sudah terjadi bronliektasis pada daerah yang cukup luas
- I. Konsep Asuhan Keperawatan
- I. Pengkajian
- Identitas : -
- Umur : Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa. Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar.
- Tempat tinggal : Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar
- Keluhan utama :
- Kehilangan nafsu makan, mual/muntah
- Sakit kepala daerah frontal ( influenza )
- Nyeri dada ( pleuritik ), meningkat oleh batuk
- Pernafasan dangkal
- Riwayat Masuk : Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).
- Riwayat Penyakit Dahulu : Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis penderita
- Pemeriksaan fisik :
- Sistem Integumen
- Subyektif : -
- Obyektif : Kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
ii.Sistem Pulmonal
- Subyektif : Sesak nafas, dada tertekan, cengeng
- Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,
- Sistem Cardiovaskuler
- Subyektif : Sakit kepala
- Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun
- Sistem Neurosensori
- Subyektif : Gelisah, penurunan kesadaran, kejang
- Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
v.Sistem Musculoskeletal
- Subyektif : Lemah, cepat lelah
- Obyektif : Tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan
- Sistem genitourinaria
- Subyektif : -
- Obyektif : Produksi urine menurun/normal,
- Sistem digestif
- Subyektif : Mual, kadang muntah
- Obyektif : Konsistensi feses normal/diare
- Studi Laboratorik :
- Hb : Menurun/normal
- Analisa Gas Darah : Acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal
- Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal
- II. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
- Pola napas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif.
- Gangguan pertukaran Gas berhubungan dengan penurunan volume paru
- Intolernsi aktifitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah (kelelahan) sekunder terhadap peningkatan upaya pernapasan
- Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam kehilangan cairan , masukan cairan kurang karena dispnea
- Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi paru
- Cemas / takut berhubungan dengan hospitalisasi (ICU)
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai proses penyakit, prosedur perawatan di rumah sakit.
Langganan:
Postingan (Atom)