Disuatu tempat, ada daerah terpencil, di
daerah itu terdapat dua desa yang selalu bermasalah. Sering terjadi bentrokan,
tawuran, penyerangan-penyerangan. Semua itu diakibatkan karena perebutan
selahan tanah dan persaingan antar siswa. Sudah lima tahun mereka tidak
pernahbersosialisasi dan dua tahun terakhir akibat dari bentrokan itu tiga
orang siswa meninggal dunia.
Desa itu adalah desa
Pancabakti dan desa Sukasari. Desa Sukasari adalah desa yang paling menentang
dan tidak pernah mau mengalah. Tapi ada seorang wanita berusia 20 tahun.
Namanya Saskia Artha Mulya, ia sekolah dikota, ia tinggal dikampung sukasari
dan ia ditugaskan untuk menjadi guru di desa Pancabakti yang pendidikannya
kurang. Saat orangtuanya tahu, kalau anaknya menjadi guru di desa Pancabakti
mereka langsung menyarankan agar Saskia tidak pergi ke desa itu apalagi jadi
seorang guru. Tapi, Saskia tetap ingin menjadi guru disana.
Hari pertama ia mengajar
ia sudah di tolak oleh penduduk dan mahasiswa Pancabakti, SMP 08 itulah nama
sekolah yang ia ajari. Mahasiswa-mahasiswa itu tidak suka pada Saskia, karena
Saskia salahsatu penduduk dari desa Sukasari. Semua penduduk benci kepada dia,
sampai sampai saat Saskia pulang dari sekolah ada penduduk yang melempar telur
busuk ke kepalanya, tapi Saskia hanya tersenyum dan berkata, “aku takan
menyerah, ini hanya awal dari keberehasilan.”
Semakin banyak hari yang
terlewati dan semakin banyak perjuangan yang ia lakukan, ada dua orang
mahasiswa yang suka pada dia, Namanya Fika dan Rara. Fika adalah anak dari
salahsatu penentang desa Sukasari. Saat ayahnya tahu kalau anaknya dekat dengan
Saskia ayahnya langsung marah. “Fika apa kamu tidak sadari kalau yang kamu
dekati sekarang adalah salahsatu penduduk dari Sukasari, dan apa kamu tidak
tahu kalau Sukasari itu musuh bubuyutan kita dari dulu.” Fika menjawab, “tapi
bu Saskia itu baik, pak ! dia mengajarkan yang terbaik untuk kami.” “yang
terbaiiikk ? ?, sejak kapan kamu melawan ayah ?, apa ini yang terbaik ?” jawab
ayahnya. Dengan gugup Fika menjawab,, “tiii..dak.. ayah, bukan ituu, Fika hanyaa….
“ “DIAM ! ! kalau kamu masih dekat dengan penduduk desa itu, ayah
akan mengusirmu dari rumah ini.” Fika pun menangis dan berjanji tidak akan
mendekati lagi gurunya itu,,
Saat disekolah Fika
terlihat ketakutan dan lesu, “Fika kenapa ?”, tanya bu Saskia. “tidak apa apa
buu..” jawab Fika sambil lari. Waktu pulang sekolahpun tiba.. saat bu Saskia
beranjak keluar, tiba tiba ia melihat SMP 06 dimana nama sekolah dari desanya
dan SMP 08 sedang tawuran. Akibatnya, motor yang ia pakai untuk transportasi dari
rumah ke sekolah hangus dibakar dan akhirnya dia hanya berjalan kaki menyusuri
sungai, dia berpikir bagaimana cara agar mempersatukan dua desa itu..
Dan akhirnya pada suatu
hari ia menyebarkan undangan kepada seluruh penduduk Pancabakti untuk menghadiri
acara ulangtahun SMP 08 yang ke-18, sedangkan untuk desa Sukasari ia mengundang
seluruh penduduk Sukasari untuk menghadiri syukuran atas nikmat yang ia
dapatkan.
Dan akhirnya waktu itupun
datang, dan semua penduduk yang hadir kagett!! Ternyata kalau mereka
dipertemukan ditempat yang sama. Akhirnya mereka saling cekcok dan suasana pun
menjadi gaduh. Saskia pun naik ke panggung dan berpidato,
“ demi tuhan, saya sedih
melihat kita begini, kalian tidak pernah berpikir bagaimana generasi generasi
kita nanti , jika tahu kalau kita terus begini, kenapa harus bentrok, tawuran..
masih banyak cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah, tidak perlu dengan
bentrokan atau tawuran. Sebenarnya saya setiaphari menangis teriris karna
melihat betapa bodohnya kita dalam menghadapi masalah, setiap saya menangis,
hati saya selalu bertanya apa tidak ada rasa kasihan pada anak generasi kita? ?
apa tidak ada rasa cinta pada negeri ini ? negeri yang sangat sulit untuk
bisa mencapai seperti ini. Kita sudah ‘merdeka’, jadi buanglah ego kalian,
untuk para orangtua, kalian sudah sangat berumur, kenapa hanya dengan selahan
tanah kalian bisa bentrok ? apa kalian tidak berpikir atau merasa kalau
keputusan yang diambil tidak sesuai dengan umur atau kedewasaan kalian. Untuk
para mahasiswa, jangan karena kalah persaingan kalian tawuran. Kalian generasi
ini, kalian yang menentukan bagaimana negeri ini kedepan, kita semua CINTA
INDONESIA, dengan itu saya mohon kita harus sejahtera tanpa terjadi bentrok
atau tawuran. “
Saat pidato berlangsung
Saskia menangis, dan semua penduduk dari dua desa itu terharu dan bertepuk
tangan,,,,
Akhirnya, kedua desa itu
hidup tentraam dan aman tanpa adanya bentrok dan tawuran.